Desa Lanjak Deras yang terletak di Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar dalam budidaya kratom, atau yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan sebutan purik. Tanaman purik tumbuh subur di daerah rawa dan tepi sungai, yang merupakan karakteristik umum wilayah ini. Banyak warga desa yang beralih menanam purik sebagai alternatif pendapatan, terutama setelah harga komoditas lain seperti karet dan sawit mengalami penurunan. Tanaman ini mudah tumbuh dan cepat panen, yaitu sekitar 9–12 bulan sejak penanaman awal, kemudian bisa dipanen setiap dua hingga tiga bulan sekali.

Secara ekonomi, kratom purik memiliki nilai yang cukup menjanjikan. Daun segarnya dijual dengan harga sekitar Rp 4.000–6.000 per kilogram, sementara daun kering atau remahan dapat mencapai Rp 17.000–18.000 per kilogram. Bahkan, bila diolah menjadi bubuk dan diekspor, nilainya bisa jauh lebih tinggi. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Kanada menjadi pasar utama produk kratom dari Kapuas Hulu. Hal ini menunjukkan bahwa purik bukan hanya menjadi tumpuan hidup masyarakat desa, tetapi juga komoditas potensial dalam skala nasional dan internasional.

Meskipun demikian, kratom purik masih menghadapi tantangan dalam hal regulasi. Masyarakat dan pemerintah daerah Kapuas Hulu terus mendorong agar ada kejelasan hukum terkait legalitas tanaman ini. Sementara Badan Narkotika Nasional (BNN) mengkategorikan kratom sebagai bahan yang berpotensi disalahgunakan, Kementerian Kesehatan dan lembaga riset seperti BRIN masih mengkaji lebih lanjut manfaat dan risiko penggunaannya. Di tengah polemik tersebut, petani berharap ada kepastian hukum agar budidaya purik bisa terus berlanjut tanpa kendala.

Selain nilai ekonomi, purik juga memberi manfaat ekologis. Tanaman ini berperan menjaga kelestarian tanah di lahan basah, mencegah abrasi sungai, dan mendukung ketahanan lingkungan lokal. Oleh karena itu, kratom purik di Desa Lanjak Deras tidak hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari upaya menjaga keseimbangan alam desa. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, pengembangan kratom purik berpotensi memperkuat ekonomi desa sekaligus menjaga lingkungan secara berkelanjutan.